Senin, 15 November 2010

Sebagian Isi Warta Paroki St. Paulus Edisi 19

EDISI 19 TH XXXI Tgl 14 November 2010
Kata Yesus “Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. ” (Luk 21: 15)
Langganan Warta Paroki e-paper melalui surat elektronik
Caranya mudah, cukup dengan mengirimkan email ke wppaulus@gmail.com dengan judul Langganan Warta Paroki.


WASPADA DAN TABAH
Oleh FX Purnomo Setiawan

Dalam Injil Lukas 21:5-19, Yesus berbicara tentang Bait Allah di Yerusalem yang akan diruntuhkan. Bait Allah itu dihubungkan dengan kehadiran Allah. Para murid berpikir bahwa keruntuhan Bait Allah itu sama dengan berakhirnya dunia. Karena itu para murid bertanya kepada Yesus, "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
Pertanyaan para murid tentang akhir dunia itu menjadi penting, supaya orang bisa menyiapkan diri. Salah satu ketakutan yang menghantui kehidupan manusia ialah ketidakpastian mengenai masa depan. Tetapi untuk mengurangi ketidakpastian itu, orang membuat rencana guna mencapai tujuan yang diinginkan. Akhir dunia atau kematian adalah sesuatu yang tidak pasti kapan waktunya. Oleh karena itu Yesus tidak memberikan jawaban tentang waktu kapan akhir dunia itu akan terjadi. Tetapi Yesus mengalihkannya ke persoalan lain yang lebih penting yakni tentang masa depan yang akan dihadapi para murid.
Pertama, akan datang orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai Kristus dan menyatakan bahwa “saatnya sudah dekat”. Dunia akan segera berakhir. Para murid harus waspada terhadap hal itu. Jangan percaya kepada mereka.
Kedua, akan datang peperangan, bencana alam, wabah penyakit dan kelaparan yang menimpa banyak bangsa. Kengerian yang diakibatkan oleh semuanya itu bisa membuat orang berpikir bahwa dunia akan segera berakhir, “kesudahannya akan datang segera”. Para murid tidak perlu mempedulikan semuanya itu, “sebab semuanya itu harus terjadi lebih dahulu”.
Ketiga, bahwa murid-murid akan banyak menderita oleh karena nama Yesus. Mereka akan “ditangkap dan dianiaya”, dan “dihadapkan ke pengadilan agama dan sipil”. Mereka akan diminta pertanggungjawaban tentang segala sesuatu yang mereka lakukan dan katakan. Hal itu akan menjadi kesempatan bagi para murid untuk bersaksi. ltulah kesempatan yang paling baik. Mereka tidak perlu takut bagaimana harus menjawab orang-orang pintar dan berkuasa itu, karena pada waktu itu Tuhan Yesus sendiri akan memberikan kepada mereka “kata-kata hikmat”, sehingga mereka tidak dapat dibantah. ltulah buah anugerah Roh Kudus yang dicurahkan Kristus ke dalam hati mereka (bdk. Lukas 12:12, Markus 13:11, Matius 10:20). Mengapa mereka dapat anugerah yang istimewa itu? Karena yang diperjuangkan para murid adalah yang diperjuangkan Yesus. Memang bisa terjadi bahwa seseorang ditangkap dan dianiaya karena ada pengkhianatan dalam keluarga sendiri atau oleh sahabat kenalan. Ada yang akan dibunuh, tetapi yang akan banyak dialami adalah dibenci. Memang siapa yang mau hidup bagi Yesus atau demi nama-Nya, dia akan dibenci oleh banyak orang. Tindakan kebencian itu bisa macam-macam, misalnya pada saat sekarang bisa berarti dipersulit, disingkirkan dari jabatan, diteror, dicaci maki dan tindakan-tindakan lainnya. Akan tetapi mereka tidak perlu takut akan semuanya itu, karena mereka sangat berharga di mata Tuhan. Barang siapa bertahan sampai akhir, mereka akan memperoleh hidup yang kekal.
Kata-kata Kristus itu sudah terbukti benar dalam sejarah Gereja mulai dari zaman para rasul. Tidak pernah ada masa tanpa penganiayaan dan penindasan. Tingkatannya bisa berbeda dari waktu ke waktu atau dari tempat ke tempat, tetapi selalu ada. Paling kurang para murid akan dibenci orang oleh karena nama Kristus. Pengalaman membuktikan bahwa umat memperoleh hidupnya kembali, karena tekanan dan kekerasan yang mereka alami. Umat makin menjadi dewasa dalam imannya. Banyak umat mendapat anugerah Roh Kudus. Hal ini terbukti dari keberanian mereka untuk tampil menjadi saksi Kristus dan berkata-kata dengan penuh hikmat. Salib yang dipikul para murid telah menjadi berkat bagi seluruh Gereja dan juga bagi masyarakat.
“Ia Datang supaya Semua Memperoleh Hidup dalam Kelimpahan (bdk. Yoh 10:10)”
 
 PERNYATAAN AKHIR DAN REKOMENDASI SAGKI 2010

Pengantar
1. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) yang berlangsung dari tanggal 1 sampai dengan 5 November 2010 di Kinasih, Caringin – Bogor, Jawa Barat, dihadiri oleh utusan dari 37 keuskupan di Indonesia. Hadir 385 orang peserta, yang terdiri dari para Uskup, imam, biarawan-biarawati, dan sejumlah wakil umat. Sidang Agung ini bertema, Ia Datang supaya Semua Memperoleh Hidup dalam Kelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Hidup dalam kelimpahan berarti ada dalam relasi dekat dengan Sang Gembala serta selalu merasakan perlindungan-Nya. Kedekatan dengan Sang Gembala itulah yang akan menjamin kehidupan manusia, dalam relasinya dengan sesama dan seluruh alam ciptaan.
2. Kami menyadari tema SAGKI ini diilhami pula oleh suatu perayaan iman Kongres Misi Asia I di Chiang Mai (Thailand, 2006) yang bertemakan, Telling the Story of Jesus in Asia. SAGKI ini merupakan suatu perayaan iman akan Yesus Kristus sekaligus kesempatan untuk berjumpa satu sama lain dan berbagi pengalaman iman dalam perjumpaan dengan keberagaman budaya, agama dan kepercayaan, serta dalam pergumulan hidup kaum terpinggirkan dan terabaikan.
3. SAGKI 2010 menegaskan pentingnya metode narasi (kisah) dalam pewartaan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dengan metode narasi (kisah) ini, pengalaman iman dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih meyakinkan. Dengan cara mengisahkan Yesus, sebagaimana Ia sendiri berkisah, kami berharap diteguhkan dan digerakkan sebagai saksi Kristus. Sesungguhnya, metode narasi tidak asing dalam tradisi Asia, terutama Indonesia. Dalam metode bertutur para peserta SAGKI terlibat secara aktif mengungkapkan pengalaman dalam konteks bhinneka tunggal ika.
4. Seluruh proses SAGKI bertolak dari narasi publik. Para narator publik berkisah bukan saja dengan melaporkan apa yang dikerjakannya, melainkan juga dan terutama dengan pengalaman imannya.Sharing dalam kelompok yang menyusuli narasi publik pada prinsipnya merupakan ungkapan dan ajang berbagi pengalaman berkenaan dengan ketiga sub tema SAGKI 2010. Pada gilirannya hasil sharingkelompok itu dilaporkan dalam sidang pleno dan diperkaya dengan refleksi teologis.
 
Hasil
5. Sedemikian pentingnya makna paparan narator publik, berikut sharing dalam kelompok, yang masih diperkaya dalam pleno dan refleksi teologis, maka berikut ini akan dikemukakan rangkuman yang memuat sejumlah pokok gagasan terpenting dalam SAGKI. Kami menyadari bahwa rangkuman ini tidak memuat seluruh kekayaan Sidang ini. Aneka kisah dalam SAGKI masih akan terdokumentasikan dalam bentuk buku, video, dan foto. Kami yakin, para peserta SAGKI sendiri merupakan dokumen hidup yang terus menuturkan SAGKI ini.
6. Keberagaman budaya di Indonesia merupakan suatu kenyataan dan kekayaan yang patut kami syukuri. Dengan kebudayaan kami maksudkan segala sesuatu, dengan mana manusia mengasuh dan mengembangkan pelbagai bakat rohani dan jasmaninya, berupaya menguasai bumi dengan pengetahuan dan karyanya, lebih memanusiawikan kehidupan sosial, mengungkapkan melalui karya-karya, pengalaman-pengalaman rohani dan aspirasi-aspirasi besar sepanjang sejarah, serta mengkomunikasikannya dan memeliharanya sebagai inspirasi bagi kemajuan banyak orang, malah bagi seluruh umat manusia (bdk. Gaudium et Spes 53). Oleh karena itu, di dalam keragaman budaya, Allah hadir dan disapa dengan pelbagai macam nama. Kehadiran-Nya dikenali melalui orang dan unsur-unsur kebudayaan yang menghormati dan mencintai kehidupan. Kehadiran-Nya itu dimengerti oleh para pendukung setiap kebudayaan.
7. Gereja sebagai umat Allah yang percaya akan Yesus Kristus menampilkan sikap hormat dan kasih terhadap kebudayaan (bdk. Lumen Gentium 13). Gereja memperhatikan dan menjunjung tinggi setiap bentuk kebaikan, kasih persaudaraan dan kebenaran yang terdapat dalam kebudayaan. Gereja pun mengungkapkan diri dalam unsur-unsur kebudayaan setelah dilakukan refleksi teologis yang sesuai dengan Injil, tradisi, dan magisterium. Dalam perjumpaan dengan kebudayaan setempat, Gereja diperbarui dan sekaligus memperbarui beberapa unsur kebudayaan dengan kekuatan Injil.
8. Gereja mengakui bahwa Allah telah menyatakan karya-karya agung melalui pelbagai peristiwa keselamatan yang dituturkan dari generasi ke generasi lain. Dalam pertemuan dengan kebudayaan, Gereja ternyata mengenali aneka wajah Yesus, sebagai gembala yang baik, inspirator, guru, pengampun, raja damai, dan terutama pengasih tanpa batas dan syarat.
9. Dalam pelbagai kisah mengenai dialog dengan agama dan kepercayaan, para peserta SAGKI ternyata menyadari bahwa Gereja mampu menemukan nilai-nilai injili yang dihidupi oleh para penganut agama dan kepercayaan. Maka, Gereja perlu keluar dari dirinya sendiri, menjumpai para pemeluk agama dan penganut kepercayaan, sebagaimana yang diperlihatkan dan diajarkan oleh Yesus yang berani terbuka dan mengambil inisiatif untuk menyeberangi batas-batas agama – budaya (bdk. Yoh 4). Melalui perjumpaan tersebut, Gereja ditantang untuk menilai kembali pemahaman imannya akan Yesus Kristus. Kecuali itu, gambaran Gereja tentang Yesus juga diteguhkan.
10. Gereja mendengarkan ajakan Yesus untuk dengan rendah hati belajar beriman dari setiap orang yang beragama dan berkepercayaan (bdk. Mat 8: 10; Luk 7: 9). Gereja disadarkan akan pentingnya mewujudkan iman yang mendalam akan Kristus dalam tindakan-tindakan kemanusiaan dan mengungkapkannya dalam ibadat. Dengan belajar dari Yesus yang berwajah lembut, penuh empati, dan pendoa, Gereja mengembangkan kerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik yang berasal dari pelbagai agama dan kepercayaan untuk mengembangkan dialog dan aksi-aksi kemanusiaan demi terwujudnya perdamaian (bdk. Mat 9: 13).
11. Sementara itu, kisah-kisah pergumulan hidup kaum terpinggirkan dan terabaikanmenyadarkan para peserta SAGKI bahwa Gereja harus mengakui proses pemiskinan merupakan pencideraan manusia yang adalah citra Allah yang luhur, mulia, dan kudus (bdk. Kej 1:26-27). Hidup dalam kemiskinan sesungguhnya merupakan keadaan serba terbatas dalam sandang, pangan, papan, dan kehilangan akses terhadap hak-hak dasar. Gereja memandang pribadi si miskin sebagai “pewahyu” wajah Yesus yang sedang menderita, yang terluka, tabah, menangis, karena Yesus hadir dalam dirinya yang miskin, menderita, tertekan dan susah (bdk. Mat 25: 31-46).
12. Meneladani Yesus, Sang Penyelamat, Pembebas, Penolong, Pembawa Harapan, Gereja wajib solider dengan orang miskin. Solidaritas itu dinyatakan melalui keberpihakan dan pemberdayaan orang miskin, tindakan berbagi serta keterlibatan secara aktif dalam memperbaiki struktur atau sistem yang tidak adil, dan memelihara lingkungan hidup.
 
Rekomendasi
13. Setelah pengayaan melalui proses narasi publik, misi perutusan Gereja agar seluruh keuskupan sharing kelompok, pleno, dan refleksi teologis, kami sampai pada sejumlah rekomendasi berikut ini, yang merupakan menanggapinya dalam program keuskupan.
13.1. Kami berkomitmen untuk melanjutkan dialog dengan kebudayaan setempat supaya kami semakin mampu mengenali dan menghadirkan wajah Yesus dalam kebudayaan.
13.2. Kami juga berkomitmen untuk menciptakan model-model baru dalam pewartaan dan katekese dengan metode naratif serta menggunakan pelbagai bentuk kesenian.
13.3. Tidak kurang juga komitmen kami untuk mengembangkan katekese naratif bagi anak-anak, yang sesuai dengan zaman, tempat dan budaya.
13.4. Kami akan meneruskan dan meningkatkan kerja sama dan dialog antar-umat beragama yang sudah dilaksanakan oleh Gereja di setiap tingkatan.
13.5. Kami merasa wajib mengembangkan sikap rela merendahkan diri dengan telinga seorang murid yang selalu siap mendengarkan.

13.6. Kami bertekad mengedepankan pewartaan lewat kesaksian hidup dan melakukan aksi-aksi kemanusiaan baik secara pribadi (orang per orangan), Gereja sendiri sebagai komunitas beriman maupun dalam kerja sama dengan pelbagai lembaga untuk memerdekakan orang miskin dari cengkeraman kemiskinan dan peminggiran.
13.7. Kami berkomitmen untuk menghidupi spiritualitas yang memerdekakan. Untuk itu diperlukan pertobatan hati yang mendalam dan diwujudkan secara nyata dalam aksi solidaritas. Para petani, nelayan, buruh, kelompok terabaikan, dan terpinggirkan perlu didampingi secara pastoral. Tidak kalah pentingnya, kami memelihara lingkungan hidup.
 
Penutup
14. Pada akhirnya, kami semakin diteguhkan bahwa kesaksian kami untuk menghadirkan Kristus di tengah masyarakat dapat terjadi secara efektif melalui komunitas-komunitas basis gerejawi. Kami percaya bahwa Roh Kudus membimbing dan menyertai Gereja dalam upaya mengenali dan mencintai wajah Yesus dalam keanekaragaman budaya, dalam dialog dengan agama dan kepercayaan, dan dalam pergumulannya dengan dan bersama orang-orang yang dipinggirkan dan diabaikan. Dan sebagaimana Maria selalu menyertai Puteranya, kami yakin bahwa Bunda Maria menyertai dan mendoakan kami.
Caringin, 5 November 2010
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
 
 AGENDA KEGIATAN LINGKUNGAN DAN PAROKI
 Lingkungan St. Gregorius,
- Latihan Koor setiap hari Minggu di Apotik Kasih Ibu Pk 19.00
- Info lingkungan dapat dilihat di facebook/lingkungan St. Gregorius Paroki St. Paulus atau twitter.com/StGregorius
 Lingkungan St. Fransiskus Asisi,
- Ibadat Lingkungan, Kamis 18 November 2010 di rumah Bapak Harun Simorangkir, Cagar Alam Gg Damai RT 06/05, Pancoranmas – Depok.
- Latihan Koor setiap hari Selasa dan Jumat Pk 20.00 di rumah Bp Y Suratno.
 Lingkungan St Norbertus, latihan koor lingkungan Jumat, 19 November 2010 Pk 19.00 di rumah Bapak Michael Hardy.
 Misa Harian,
Senin – Jumat Pk 05.45, kecuali Selasa Pk 19.00 (sekaligus Novena St Antonius).
 Sakramen Babtis Anak, diadakan pada tanggal 5 Desember 2010. Bagi Bapak/Ibu yang ingin membabtis anaknya mohon mendaftar ke Sekretariat Paroki atau Sekretariat Dewan Pastoral Paroki. Orang Tua Babtis wajib mengikuti Pembekalan dan Sakramen Pengakuan Dosa yang diadakan pada tanggal 28 November 2010 setelah Misa Pagi.
 Peneguhan Sakramen Pernikahan, bagi saudara – saudari yang berulang tahun perkawinan pada bulan Oktober dan ingin mengikuti Peneguhan Sakramen Pernikahan yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 November 2010 (Misa Sabtu Sore) dapat terlebih dahulu mendaftar ke Sekretariat Paroki, Bapak Koen Hadi atau Sdr. Chandra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar